Senin, 15 Oktober 2012

Surat untukmu papa



Salam untuk papa terkasih.
Tak terasa waktu terus bergulir, detik demi detik, menit menuju jam yang bergerak hingga tahun telah terlewati dengan banyak. Terlalu sering waktu kita terlewati tanpa kata dari hati, hanya sebatas sapa dari bibir yang terucap.

Engkau pahlawanku di waktu kecil, panutan hidup yang sempurna di mataku, yang bergeser ketika beranjak besar.


Masih tersimpan erat semua yang pernah terjadi, antara aku dan engkau. Satu kali aku pernah melihatmu tersenyum bahagia. Bangga melihatku menjadi yang terbaik diantara lainnya. Pernah pula aku melihatmu bersedih, karena luka yang kugoreskan di wajahmu.

Tahukah engkau? Aku mewarisi garis keras darimu! Berani menghadapi semua tantangan, tak pernah kalah oleh keadaan dan selalu ingin memberikan yang terbaik. Ternyata, itu juga yang membuat kita semakin jauh di masa lalu.

Dulu engkau marah kepadaku dan akupun marah kepadamu. Kita tak menemukan kesimpulan dari keinginan kita terhadapku. Engkau selalu menilai darimu, akupun menilai dariku. Dan itu membuat kita semakin jauh.
Kuakui, memang pernah melupakanmu, menafikkan kehadiranmu. Bukan karena aku membencimu atau melupakan semua yang pernah kau lakukan kepadaku. Tapi karena aku marah kepadamu!

Sudah kukatakan, aku mempunyai garis keras dalam tubuhku adalah warisan darimu. Semua yang kulakukan tak lebih dari sebuah usaha untuk meyakinkanmu bahwa aku mampu melakukannya. Berdiri diatas kaki sendiri! Tapi mungkin aku salah.

Aku selalu ingat kulitmu yang menghitam karenaku. Cucuran keringat untuk  kebahagiaanku tak pernah kau hitung. Jujur aku malu kepadamu.

Yang tak pernah kulupa darimu adalah petuah tentang hidup yang kau ajarkan, “ Hiduplah seperti layaknya laki-laki! Lakukanlah kewajibanmu sepenuh hati “. Satu hal harus kau tahu, dulu, kini hingga nanti, engkau adalah pahlawan di hatiku!

Kita memang ditakdirkan untuk saling belajar. Kita pernah mengalami masa yang suram saat kehilangan orang yang sama-sama kita cintai, dalam nilai yang berbeda. Sebagai istri dan ibu.

Mungkin ini jalan yang ditunjukkan. Saat rasa kehilangan begitu besar, muncul sebuah harapan baru. Kita bisa memperbaiki semuanya, memulai dari nol, antara engkau dan aku.

Saat ini, aku ingin merubah semuanya. Atas semua sikap dan salahku. Untuk semua yang terlewati tanpa kata. Aku tahu kau selalu mencintaiku, tak pernah meminta apa-apa dariku, bahkan sebuah kata maaf sekalipun.

Aku tahu kau tak pernah meninggalkanku. Entah saat ku luka atau tersenyum. Dan aku juga tahu, kini kau setuju dengan pilihanku.

Dengan segala kerendahan hati, aku meminta maaf kepadamu, papa…


Untuk ayah tercinta, daku ingin bernyanyi
Dengan air mata di pipiku…
ayah, dengarkanlah aku ingin berjumpa
Walau hanya dalam mimpi…
( Papa – Rinto Harahap )

Salam hormat
Anakmu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar